Langsung ke konten utama

Perempuan Harus Aktif Di Era Digital, Ketahui 3 Hal Untuk Memaksimalkan Diri

Image : careergirldaily
Dunia digital menuntut kita menjadi manusia paling up-to-date, yang tetap bisa bertanggung jawab, memiliki skill yang masyarakat butuhkan, dan juga komunikatif. Saat ini, dunia digital sudah bukan lagi hal yang asing bagi wanita Indonesia dan telah banyak wanita yang berkiprah dalam pengembangannya. Tak hanya sebagai pegawai, perempuan sudah banyak yang menempati posisi penting dalam perusahaan digital.
Ketika para wanita menceburkan diri di berbagai perusahaan start up digital, tentu banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun seiring perkembangannya, masyarakat semakin akrab dengan dunia digital dan kepercayaan pun mulai meningkat. Perubahan ini tentu menjadi meningkatkan peluang bagi wanita untuk berkiprah di dunia entrepreneur digital. Namun, untuk dapat memaksimalkan peluang yang ada, perempuan harus membekali dirinya dengan hal-hal berikut ini.
1. Pendidikan dan Minat
Hal pertama yang menjadi sorotan adalah pilihan pendidikan dan minat.  Anantya Van Bronckhorst, Co-founder Think.Web, berpendapat bahwa pilihan profesi biasanya ditentukan oleh pendidikan dan minat. Hingga saat ini, minat perempuan terhadap dunia komputer dan teknologi dinilai masih kurang. Penyebabnya bisa bermacam-macam.
  1. Banyak perempuan merasa bisnis digital itu sesuatu yang rumit dan sulit untuk dimulai sehingga mereka merasa takut untuk memulai.
  2. Perbedaan prioritas dalam manajemen waktu antara pria dan wanita.
  3. Masih kurangnya role model atau orang yang dijadikan panutan perempuan untuk menjalankan bisnis digital.
  4. Masih banyak wanita yang melihat hal ini dalam kaitannya dengan kultur, bahwa perempuan identik kodratnya menjadi ibu rumah tangga, mengurus rumah, dan anak sehingga cenderung tidak terlalu ambisius mengejar karir.
Untuk itulah, membuka wawasan perempuan terhadap peluang-peluang di bidang digital bisa menjadi salah satu langkah awal.
2. Keberanian Mengambil Risiko
Saat ini telah banyak tersedia platform mulai dari media sosial hingga marketplace yang menyediakan kesempatan bagi perempuan untuk berbisnis. Meskipun begitu, bisnis-bisnis berskala besar masih dikuasai laki-laki. Banyak yang berpendapat bahwa perempuan biasanya lebih berhati-hati dan memiliki banyak pertimbangan. Sedangkan, agar bisnis bisa scale up dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan risiko yang cukup besar. Untuk mengatasi hal ini diperlukan mentoring, berkonsultasi dengan mentor atau mereka yang sudah memiliki bisnis. Hal ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan membantu proses pengambilan keputusan, terutama yang terkait dengan proses scale up bisnis.
3. Investasi dan Koneksi
Yang keempat adalah investasi dan koneksi. Beberapa tahun belakangan, semakin banyak Venture Capital dan juga angel investor yang membuka diri untuk membantu pengusaha wanita atau bahkan mengkhususkan diri untuk pengusaha perempuan. Seperti halnya seputar peminjaman modal, kuncinya adalah koneksi.

Untuk kolom Serempak.ID Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Penulis : Riri Anggraheni Eka Rimandasari
Riri Anggraheni memulai karirnya sebagai jurnalis televisi dan koran nasional. Riri juga aktif menulis  (content writing) untuk berbagai klien nasional maupun internasional. Menjadi jurnalis dan writer memberikan kesempatan baginya untuk mengembangkan passion dan bakat di bidang writing. Selain itu, Riri juga aktif di berbagai kegiatan Non Government Organization (NGO) dan kerelawanan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Concert Review : Duo Marco Vezzoso and Alessandro Collina

Menikmati musik Jazz di malam hari bagi saya tak sekedar hiburan atau relaksasi tapi juga memahami seni dan keindahannya. 26 Agustus 2017 lalu, saya menghadiri undangan konser di daerah Menteng, Jakarta. Konser ini mendatangkan musisi asal Italia yaitu Duo Marco Vezzoso dan Alessandro Collina. Mini konser beraliran musik Jazz ini dimulai dengan persembahan lagu Indonesia Raya yang dibawakan langsung oleh Marco Vezzoso (trumpeter) dan dilanjutkan dengan serangkaian musik lainnya karya duo musisi asal Itali tersebut. Alessandro Collina yang merupakan pianis  mengaku baru pertama kali datang ke Jakarta. Bahkan ia memberikan tanggapan mengenai konsernya di Indonesia. "Saya baru pertama kali datang ke Indonesia, menurut saya orang-orang Indonesia sudah siap untuk mendengarkan musik European Jazz meski dalam hal ini saya tidak tahu apakah orang-orang Indonesia akan menyukainya, akan tetapi dengan musik ini ternyata menghubungkan antar negara yang berbeda dan ini me...

Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia Menyongsong Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Image : kompasiana Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk Negara Anggota ASEAN, seluruh Negara Anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan meaningful yaitu ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Keterlibatan masing-masing negara dalam kerjasama, baik multilateral maupun regional, memiliki kepentingan sendiri-sendiri, begitu pula Indonesia memiliki kepentingan sendiri dengan kerjasama ASEAN. Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan sembilan Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia Tantangan yang dihadapi oleh I...

#RSProject Bantu Peduli ODGJ Panti Fajar Berseri

Membaca judul dari campaign ini mungkin Anda bertanya-tanya apa sih #RSproject ini? Projectnya Rumah Sakit? Hehe sama sekali bukan😁 Jadi, #RSproject ini merupakan singkatan Riri and Sandy project . Kami berinisiatif membuat project campaign ini di latarbelakangi oleh rasa kepedulian kami terhadap orang-orang yang memiliki masalah mental illness . Apalagi d i masa pandemi ini, salah satu kelompok yang paling terdampak akibat krisis Covid-19 adalah keluarga yang memiliki orang dengan gangguan jiwa. Mereka disebut dengan kelompok rentan. Kelompok rentan sering juga disebut sebagai kelompok marginal yang umumnya berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi yang dialami. Kelompok ini seringkali mengalami apa yang disebut dengan pengecualian untuk mendapatkan program pemerintah.  Stigma dan diskriminasi menjadi pagar pembatas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan masyarakat, yang menyebabkan mereka berada dalam kesulitan ekonomi.  Di luar alasan ini, kami berdua juga memiliki al...