Langsung ke konten utama

Book Review : The Kite Runner by Khaled Hosseini, A gripping and emotional story...




Sudah tiga kali saya membaca buku ini -pertama versi komik sekitar 2010-2011 kemudian membeli buku ini di International Book Fair 2014 dan membacanya, kemudian mengulang lagi karena rindu isinya - saya tetap menangis ketika membacanya. Karya besar Khaled Hosseini ini tak sekedar bacaan tapi juga suatu suguhan yang menyentuh jiwa, memperkaya khasanah pengetahuan serta menggugah rasa. Sebelum membaca buku ini, saya sudah membaca buku From Beirut to Jerusalem karya dari Ang Swee Chai, dokter yang mengabdikan diri untuk kemanusiaan, itu pun saya merasa jiwa saya melihat langsung karena memang ini kisah nyata tanpa dibentuk fiksi. Tapi, ketika membaca The Kite Runner saya merasa imajinasi saya berkelana dan merasakan menjadi tokoh dalam cerita tesebut, emosi saya pun ikut tercurah. Buku setebal 618 halaman yang ditetbitkan penerbit Qanita sejak 2006 ini sukses mengisnpirasi saya, tidak hanya memberikan ilmu atau bacaan fiksi tapi mengubah pola pikir.

Khaled Hoseeini yang menulis buku best seller ini kini bermukim di Amerika, ia merupakan seorang putra diplomat yang yang dilahirkan di Kabul pada 1965. Saat ayahnya ditugaskan ke Paris 1976, ia meninggalkan Afghanistan dan tak bisa kembali ke tanah kelahirannya karena pada 1980 Rusia telah menduduki Afghanistan. Keluarga Hossseini akhirnya mendapat suaka politik dari pemerintah Amerika Serikat dan hingga kini ia tinggal di California dan menjadi seorang dokter. Novel The Kite Runner merupakan karya perdananya dan juga novel Afghan pertama yang ditulis dalam bahasa Inggris. Novel ini menggambarkan suasana Afghanistan sebelum Rusia menginvasi negara ini (1979) hingga jatuhnya kekuasaan rezim Taliban.


Lalu, seperti apa sih kisah novel best seller ini? Semenarik apa hingga masuk dalam daftar 100 buku yang wajib di baca versi BBC? Ceritanya sendiri mengisahkan tokoh Amir yang dalam novel ini bertindak sebagai narator. Di masa kecilnya, Amir-yang ditinggal mati ibunya ketika melahirkannya-tinggal bersama ayah yang dipanggilnya Baba, dan pelayannya Ali serta putra Ali, Hasan, yang juga menjadi sahabatnya. OBaba, ayah Amir adalah sosok pria Afghan perkasa, pengusaha sukses, seorang moralis yang kebaikannya membuat dia disegani oleh teman-temannya. Baba menginginkan Amir tumbuh menjadi seorang pria yang tegar, menyukai aktivitas-aktivitas yang layaknya dilakukan oleh anak laki-laki seusianya seperti bermain bola, layangan, bela diri, dll. Namun Amir lebih senang tenggelam dalam buku-bukunya, menjadi pria lemah dan tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Tiap kali dirinya mendapat masalah dengan teman-temannya, Hasan-lah yang selalu menjadi penolong dan pembelanya.



Kenyataan ini membuat Baba kecewa dan khawatir terhadap masa depan anaknya, hal inilah yang membuat hubungan antara Amir dan ayahnya kadang menjadi kaku, Amir yang dituntut oleh ayahnya untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya membuat ia tertekan dan perasaan terhadap ayahnya menjadi campur aduk antara benci dan cinta.
Hasan adalah seorang anak dari suku Hazara, suku paria dalam strata masyarakat Aghanistan. Ayahnya, Ali, telah mengabdi pada keluarga Baba semenjak kakek Amir mengangkatnya sebagai pembantu di rumahnya. Sama seperti ayahnya, Hasan senantiasa mengabdi pada majikannya. Walau antara Amir dan Hasan telah terjalin suatu persahabatan, Hasan tetap menganggapnya sebagai majikan dan tetap melayaninya dengan pengabdian dan kesetiaan tanpa batas.
Persahabatan antara Amir dan Hasan terhempas. Ketika mereka mengikuti turnamen layang-layang. Sudah menjadi tradisi di Afghanistan dimana setiap musim dingin, semua distrik di Kabul mengadakan turnamen adu layang-layang. Turnamen ini merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu di tengah kebekuan udara musim dingin. Turnamen adu layang-layang dimuali pagi-pagi sekali dan baru berakhir saat tinggal satu layang-layang pemenang menari di langit, tak jarang turnamen ini belum juga berakhir meskipun matahari sudah tenggelam. Layang-layang dimainkan oleh dua orang, satu orang yang menerbangkan dan mengendalikan, seorang lagi betugas sebagai asisten yang membawakan gulungan benang dan mengulurnya.


Tak ada aturan yang rumit dalam turnamen ini, terbangkan saja layang-layangnya dan putuskan benang layang-layang lainnya. Keasyikan lain dalam turnamen ini adalah mengejar layang-layang yang putus, dimana anak-anak dengan antusias berlomba untuk mendapatkan layang-layang itu. Bagi para pengejar layang-layang, hadiah yang paling berharga adalah layang-layang yang terjatuh paling akhir dalam sebuah turnamen musim dingin. Sebuah trofi kehormatan yang diperebutkan dan bisa jadi kebanggan bagi setiap anak yang memperolehnya.
Amir dan Hasan tentu saja tak melewatkan kesempatan ini, turnamen ini juga dijadikannya suatu pembuktian kepada ayahnya bahwa ia bisa jadi anak yang membanggakan bagi ayahnya.


Ketika turnamen berakhir dan layang-layang terakhir terhempas, terhempas pulalah persahabatan antara Amir dan Hasan. Suatu tragedi menimpa Hasan, sebenarnya Amir memiliki kesempatan untuk menolongnya, namun keraguan dan ketakutannya membuat dirinya berlari meninggalkan sahabatnya sendirian, hal ini kelak akan membuat Amir dihantui rasa bersalah dan merasa dirinya telah menghianati sahabatnya. Segala cara dilakukannya agar ia bisa terbebas dari rasa bersalahnya. Alih-alih lari dari rasa bersalahnya, Amir mencoba berjarak dengan Hasan. Persahabatan mereka menjadi kaku dan tak lebih menjadi hubungan antara majikan dan pembantu. Namun perasaan bersalah itu tak pernah lepas dari kehidupannya


Situasi politik di Afghanistan memanas, Rusia menginvasi Afghanistan, hal ini membuat Amir dan ayahnya harus mengungsi meninggalkan negerinya. Hasan dan ayahnya tetap berada di Afghanistan (Hassan kan tidak di Kabul?) sementara Amir dan ayahnya mengungsi meninggalkan tanah airnya. Perjalanan dramatis keluar dari Afghanistan harus mereka lewati hingga akhirnya mereka berhasil sampai di Pakistan dan terus mengungsi menuju Amerika Serikat.



Walau Amir berada ribuan kilometer dari tanah kelahirannya. Ia tak bisa lari dari masa lalunya. Kehidupan baru dijalaninya, ia menikah dengan sesama pelarian Afghan, namun hidupnya selalu dihantui rasa bersalah sampai akhirnya Amir menerima telepon dari sahabat ayahnya yang memintanya untuk menemuinya, hal ini membuat dirinya melihat satu kesempatan untuk kembali ke Afghanistan untuk menebus dosa-dosanya yang telah ia pendam dan coba kuburkan selama berpuluh-puluh tahun. Dan seperti layang-layang, tak kuasa menahan badai, Amir harus menghadapi kenangannya yang mewujud kembali.

Ketika Amir kembali ke Afghansitan, tanah kelahirannya telah berubah, perang dengan Rusia dan perang saudara yang melahirkan rezim Taliban di bumi Afghanistan membuat negeri itu porak poranda dan menjadi negeri yang dijuluki negeri tanpa harapan. Amir secara dramatis harus menghadapi berbagai tantangan, menembus kekejian perang untuk menebus dosa-dosa masa lalunya.
Novel yang ditulis dengan gaya memoar ini memang sangat menyentuh pembacanya. Ceritanya kuat, eksplorasi karakter tokoh-tokohnya disajikan secara pas sehingga tidak ada karakter yang sia-sia dalam buku ini. Selain itu kalimat-kalimat yang mengaduk-ngaduk emosi pembacanya dan tema abadi yang diangkat mengenai kehidupan manusia: cinta, kehormatan, pengkhianatan, ketakutan, pengabdian, dan penebusan membuat buku ini menjadi sebuah buku yang memorable, buku yang akan selalu diingat sepanjang masa.




Novel ini juga memberi pemahaman kepada pembacanya mengenai konflik-konflik politik yang terjadi di Afghanistan, terutama mengenai kaum, Sunni dan Syi'ah. Kekejaman kaum Taliban, kesengsaraan rakyat Afghan dan porak porandanya infrastruktur kota-kota di Kabul dan sekitarnya juga terungkap dengan baik dalam buku ini. Selain itu, sisi-sisi menarik dari komunitas mayarakat Afghan-Amerika yang memiliki perkampungannya tersendiri memperluas wawasan pembacanya mengenai kehidupan rakyat Afghan yang harus memulai hidupnya dari nol dan melupakan status dan kehidupan mewah mereka di negara asalnya agar bisa bertahan hidup.

Selain itu pembaca juga akan banyak dikejutkan oleh berbagai peristiwa yang tak terduga, hal ini menyebabkan akhir dari kisah novel ini menjadi unpredictable sehingga novel ini jadi tak membosankan dan membuat pembaca terus bertanya-tanya bagaimana akhir dari novel menarik ini.
Dari segi terjemahan novel ini patut mendapat pujian, pilihan kalimat-kalimatnya tersaji dengan lancar, enak dibaca, dan mudah dinikmati. Tak ada ganjalan berarti dalam membaca novel terjemahan ini. Kerja yang patut dihargai dari penerjemah dan editor novel ini.


Novel The Kite Runner adalah buku terlaris sepanjang tahun 2005 versi Publisher's Weekly dengan menduduki tangga atas best-seller selama lebih dari 50 minggu, selain itu novel ini diganjar sebagai buku terbaik tahun 2004 versi San Francisco Chronicles. Novel ini bahkan diadaptasi ke layar lebar oleh Marc Forster yang menyutradai film Finding Neverland (2004).


Dari buku ini, kamu akan menemukan banyak nilai dan pesan moral. Bahkan ketika kamu mendalami buku ini dengan penuh rasa dan logika, pikiranmu akan lebih terbuka dan pola pikirmu semakin berkembang. Saya memang suka dengan isu kemanusiaan dan memiliki cita-cita yang terkait dengan hal tersebut sehingga ketika saya membaca buku ini saya semakin tergugah dan terinspirasi. Tak hanya itu, membaca kisah ini juga membuat lebih bersyukur terhadap karunia Ilahi. Bagaimana tidak, kehidupan yang kita nikmati (self reminder buat saya) perlu banyak disyukuri, di negeri sana banyak orang yang hidup tak aman, perang dimana-mana, bahkan perdagangan manusia.



Sesekali, bagi saya membaca buku fiksi atau bacaan lain yang memperkaya khasanah ilmu, memperkuat rasa, dan mengembangkan pola pikir itu perlu. Membaca buku yang berkaitan dengan pekerjaan atau masa depan boleh saja tapi dengan diimbangi buku seperti ini, bagi saya, akan melengkapi hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Film Thor Ragnarok

Woohooo! Ini saatnya review film bulan Oktober. Berhubung gue sukanya film bergenre thriller, adventures, heroes, mystery maka reviewnya juga berkisar ini ya😁. Kalian sudah nonton film Thor Ragnarok? Buat yang sudah pasti setuju dong film ini keren? It's the funniest Marvel movie to date. In fact, it may be the funniest superhero movie  ever . From the first scene until the very last, it's a non-stop cavalcade of jokes wrapped around an epic, sweeping space adventure. The whole thing will make you absolutely giddy . Karena saking kerennya, yang belum nonton buruan deh nonton. Bisa download atau yang bajakan juga ada hehe . Image : i.kinja-img FYI , buat yang belum update film terbaru biskop, gue akan jelasin sekilas tentang film ini. Thor Ragnarok ini adalah film super hero berdasarkan karakter Marvel Comic , nggak heran kalau pecinta komik sudah familiar. Film yang disutradari Taika Waititi ini adalah sekuel Thor dan Thor : The Dark World , serta merupakan film ked

#TravelPedia Bali : 6 Tempat Wisata Bali Dengan Keindahan Mempesona

Hayooo, mana nih yang ngaku traveller sejati? Tempat wisata mana saja yang sudah kamu kunjungi, guys? Bali jadi salah satu pulau yang wajib kamu singgahi nih. Pulau Bali memiliki sangat banyak obyek wisata menarik untuk dikunjungi, mulai dari objek wisata alam dan aktivitas wisata seni dan budaya Bali. Nah, buat kamu yang mau jadi traveller atau yang ngaku traveller sejati, 6 tempat wisata Bali ini jadi tempat wajib kamu kunjungi. Apa saja sih? Pantai Kuta Image: izaybiografi.com Menyebut nama tempat wisata di Kuta Bali, tentu kamu sudah tidak asing lagi. Eits, tapi kamu beneran sudah menjelanjahi pantai yang satu ini belum? Daya tarik utama dari tempat wisata Kuta yang membuat sangat populer, karena tersedianya pantai pasir putih bersih, sangat landai dan luas. Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa sih pantai yang satu ini jadi tempat wajib bagi traveller sejati? Salah satu alasannya karena Pantai Kuta ini legendaris dan banyak tersedia fasilitas pengunjung seperti, shopping

Important Things To Do Before 25

23 years old. I started to reflect on my years of life and realised how much I have accomplished, grown in myself. I though I'm young, fit and fearless and it seems a waste not to making list and see the world when it is right at fingertips! There are so many “listicles” out there about what I have learned or know by a certain age. Making this list turned out to be a little harder than I expected – honestly, how many crazy, life-changing experiences can I really expect to have in the next year? I have to save some things for the years that come after, right? I found myself including things that I think will make me a better person and challenge me in new ways. And after my birthday six months ago, I couldn’t help but contribute to the conversation. There are (at least) so many things I wish I took advantage of, learned, habituated to or did before turning 25... and things I am going to try to accomplish after turning 25.  1. Go to a music concert and festival Done alre